KIE BESI DAN PERSEBARAN ORANG MAKEANG
Oleh: Dela Safita Subarno
(Anggota KOMPAS GANDASULI, Mahasiswa IAIN Ternate)
Kala itu, perjalanan kami membelah lautan, menuju ke suatu tempat yang dijuluki sebagai pulau kenari. Pulau kenari adalah satu dari sekian banyak pulau yang punya sejarah, keunikannya dan keindahan alamnya cukup mempesona. Pulau ini (Makean) memiliki sebuah gunung yang dikenal sebagai gunung Kie Besi.
Gunung Kie besi terletak di pulau Makean, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Yang ketinggiannya 1357 Mdpl, merupakan gunung berapi aktif yang terakhir meletus pada tahun 1988, yang terbilang cukup memakan korban jiwa dengan ledakan-ledakan sebelumnya.
Desa Gitang adalah salah satu desa yang jalurnya dipilih sebagai jalur pendakian ke puncak kie besi. Selasa (13/10/2020) perjalanan dimulai tatkala sang Surya masih kelihatan muda di ufuk timur, hujan mengguyur pulau ini tepat dini hari hingga tanahnya masih kelihatan basah. Tapi tak menghalangi langkah serta semangat kami untuk menyusuri pulau ini. Sepanjang jalan, mata dimanjakan dengan tanaman tahunan para petani seperti pala, cengkeh, kakao (coklat) dan beberapa pohon kenari sebagai tanaman khas pulau ini.
Pos per pos pun telah kami dilewati dengan canda tawa penuh kebahagiaan dari tim pendakian. Setelah beberapa jam perjalanan, langkah semakin berat karena efek dari perut meminta asupan makanan. Akhirnya, kami putuskan beristirahat untuk makan siang di kebun terakhir milik warga setempat, tepatnya di kebun kakao (coklat) yang sudah tidak terawat karena jauh dari pemukiman. Setelah selesai menyantap makanan, kami melanjutkan perjalanan.
Hutan kie besi kembali menyambut dengan kabut tebal yang hampir menutup jarak pandang lebih dari 10 meter dan harus mempersempit jarak di antara rombongan. Pohon-pohon masih dengan ciri khasnya tersendiri, sedangkan tidak banyak suara burung yang terdengar, hanya suara walang sangit yang mendominasi.
Sebelum turun ke lokasi camp atau kawah, ada tiga puncak utama yang harus di lewati dan setiap puncak terdapat tempat keramat (jere), dan dipastikan mata akan di manjakan dengan pemandangan yang sangat indah.
Sesampai di puncak pertama kabut makin tebal disertai hujan, membuat pemandangan yang di harapkan terselimuti kabut. "inilah alam, yang jika kita mencintainya, kita juga harus siap dengan apa yang ia suguhkan. Kita tak akan bisa memprediksi cuaca, maka nikmatilah sensasinya" ucap pak Darmin yang tertua di tim kami.
Setelah menunggu beberapa waktu, di bawah flaysit hujan pun redah begitu juga kabutnya mulai membuka diri. Seraya menunjukkan apa yang ada di baliknya, kawah kie besi yang mempesona, lukisan Tuhan untuk jiwa-jiwa yang sedang mentafakuri ayat-ayat kasih. Tebing-tebing yang menjulang tinggi dan kokoh serta air terjunnya yang indah.
Setelah menikmati dan mengambil gambar, perjalanan pun kembali di lanjutkan menuju puncak kedua dan ketiga. Sesampainya di puncak ketiga hujan kembali mengguyur tubuh, ditambah hari semakin gelap dengan kondisi serta tempat yang tak memadai untuk membangun tenda. Kami menuruni bukit, dengan bantuan senter yang sudah terpasang di kepala sebagai penunjukkan jalan dalam gelap.
Gelap semakin memikat sedangkan jalan turun begitu ekstrim, karena melewati aliran kali mati, jika tidak berhati-hati dapat menimbulkan resiko, yakni tergelincir dan batu menghantam anggota tubuh. Setelah kurang dari 4 jam perjalanan menantang maut, akhirnya sampai pada tempat camp yang dirasa nyaman untuk sedikit menyandarkan lelah.
Kie besi ialah gunung dengan keindahan alam juga terdapat berjuta misterinya. Kegagahan di tiap-tiap tebing masih menyimpan sejarah besar yakni amukannya yang cukup banyak menelan korban jiwa.
Sehingga banyak penduduk pulau ini dengan berat hati terpaksa meninggalkan rumah, sanak saudara dan tersebar dimana-mana. Atau bisa juga dibilang, bahwa fenomena letusan gunung kie besi adalah cikal-bakal persebaran orang Makean di bumi Maluku Utara (Maluku Kieraha).
Komentar
Posting Komentar