KELESTARIAN BERINJI EMAS HALMAHERA. SEBAGAI PENYEIMBANG EKOSISTEM DI KAWASAN GUNUNG SIBELA!!

                      Sumber foto: Saiful M.S Subarno

           Ditulis oleh: Saiful M.S Subarno
             (Anggota Kompas Gandasuli)



Gunung Sibela merupakan gunung dengan tingkat keaneka ragaman hayatinya cukup tinggi dengan status  kawasan hutan konservasi.

Dalam pengamatan dan monitoring yang dilakukan oleh komunitas pelestarian satwa sibela  (KOMPAS) sejak 2019,  telah berhasil termonitoring ada 31 jenis burung mendiami kawasan hutan sibela. diantaranya, Bidadari halmahera, Kakatua putih,  Kasturi ternate,  Nuri bayan,  Perkici dagu merah,  Serindit maluku,  Nuri pipi merah,  Julang irian,  Uncal ambon,  Pergam boke,  Gosong kelam,  Dilamukan zamrud, walik kepala kelabu, Walik topi biru, Junai emas,  Bubut goliat, Bubut alang-alang, Cekakak pita biasa,  Cekakak biru putih, Cekakak sungai, Raja udang biru langit,  Madu Sriganti,  Madu hitam, Srigunting lencana,  Kipasan kebun, Kapasan halmahera,  Elang alap halmahera,   Elang bondol, Gagak halmahera,  Perling ungu dan Berinji emas halmahera.

Burung
Siri-siri, masyarakat pulau Bacan menamainya. Ternyata memiliki nama Berinji  emas halmahera dengan nama latin (hypsipetes chloris) berhasil termonitoring saat pengamatan pada minggu,14 Agustus 2022.

Habitat burung Berinji emas halmahera adalah bekas lahan pertanian yang telah ditinggalkan beberapa tahun yang telah ditumbuhi oleh pohon yang tidak terlalu tinggi, hutan sekunder , hutan primer dan hutan  kawasan pantai hingga perbukitan dengan ketinggian 10 – 800 MDPL.

Dikutip dari buku panduan burung-burung indah di kawasan wallacea yang ditulis oleh Brian J. Coates dan K. David Bishop,   awalnya burung Berinji emas halmahera digabungkan menjadi satu spesies endemik yang sama dengan burung Berinji emas lainya, yang terbagi menjadi sembilan subjenis yang tersebar di beberapa subkawasan. antara lain, Sulawesi, kep. Sula, Maluku,  Maluku utara. 

Namun menurut data terbaru yang  dirilis oleh buka panduan Birds of the Indonesian Archipelago yang ditulis oleh, James A. Eato, Bas Van Balen, Nick W. Brickle dan Frank E. Rheindt. Burung Berinji emas atau (Ixos affinis) terpecah atau terbagi menjadi delapan sepesies yang berbeda dan masing-masing jenis merupakan sepesies endemik di daerah sebaranya.  Diantaranya kepulawan Seram dengan nama latin (Hypsipetes affinis), pulau Buru dengan nama latin (Hypsipetes mysticalis),  kepulawan Togian dengan nama latin (Hypsipetes aureus), kepulawan Sangihe dengan nama latin (Hypsipetes platenae), kepulawan Banggai dengan nama latin (Hypsipetes haryerti), kepulawan Sula dengan nama latin (Hypsipetes longirostris), pulau Obi dengan nama latin (Hypsipetes lucasu), Dan pulau Halmahera dengan nama latin. (Hypsipetes chloris).   Pemecahan ini dikarenakan terdapat perbedaan morfologi dan bioakustik. yaitu, sikap, warna maupun vokal/suara yang terdapat di antara masing-masing jenis.

Burung Berinji emas halamahera atau (Hypsipetes chloris) sendiri, berukuran mencapai 20-26 cm, pada bagian dada hingga perut berwarna kuning, tenggorokan lebih kuning, bagian belakang/atas memiliki bulu berwana hijau zaitun dan iris sayap berwarna coklat,  kerap di jumpai secara berkelompok 2-5 ekor.

Merupakan pemakan buah, serangga dan ulat. Sebagai pemakan serangga dan ulat  tentu burung Berinji emas halamahera  mempunyai peran yang cukup penting dalam membantu  mengurangi pertumbuhan dan penyebaran kumbang dan ulat yang kerap menjadi hama bagi  tanaman petani. Selain itu , burung Berinji emas halmaheran juga membantu  menyebar benih dari buah yang dimakan. Secara tidak langsung peran burung Berinji emas halmahera membantu menjaga keseimbangan ekosistem alam.

Disisi lain kurang-nya pengetahuan serta informasi yang membentuk kesadaran masyarakat atas keberadaan burung Berinji emas halmaheran yang telah berperan penting dalam kelangsungan ekologis, menyebabkan status konservasi burung Berinji emas halmahera  mengalami resiko rendah terhadap kepunahan (dikutip dari IUCN status konservasi burung Berinji emas halmahera). Dikarenakan perburuan untuk dikonsumsi atau sebagai sasaran melatih ketangkasan menembak dengan senapan angin hingga hilangnya habitat akibat penebangan liar.














             Sumber foto: Saiful M.S Subarno

Dalam satu wawancara dengan mantan penembak, burung apa saja yang ditembak atau diburu? “Selain burung yang berukuran besar, burung Siri-siri pasti menjadi sasaran tembak dalam perjalanan saat sedang berburu, ketika sudah tak lagi terlihat burung yang berukuran besar”ujar Risda.

Manusia merupakan unsur penting dalam menjaga kelestarian jenis keaneka ragaman hayati. Termaksud, kelestarian burung Berinji emas halmahera, yang menjadi salah satu bagian penopang bagi kelangsungan ekosistem di kawasan gunung Sibela. Maka dari itu, masyarakat harus lebih bijak dalam memanfaatkan apa yang sudah tersedia di alam,  agar tetap terjaga kelestarianya dan terhindar dari ancaman kepunahan.
 
 
 
 
 
 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADRAT

KIE BESI DAN PERSEBARAN ORANG MAKEANG

CINTA DAN BADAI JAMAN