PERAN BURUNG ELANG ALAP KELABU BAGI KELANGSUNGAN EKOSISTEM


Sumber foto : Akhmad David KP


Ditulis oleh: Saiful M.S Subarno

(Anggota Kompas Gandasuli)


Aroma bunga Cengkeh menyelimuti hutan Sibela. Rabu, 9 maret 2023, saat saya sedang memanen Cengkeh di kebun tanah merah yang jaraknya kurang lebih 1,5 Km sebelum batas kawasan CA ( Cagar Alam ) gunung Sibela sekitar pukul 09:32 WIT. Seekor burung dari keluarga Elang yang hinggap di pohon Kelapa mengusik penglihatan saya. Saya mengira burung tersebut merupakan spesies dari burung Elang alap Halmahera. Berbekal kamera Handphone (HP), saya berhasil mendokumentasikan untuk dapat menjawab keraguan jenis burung Elang apa.

Setelah berada di rumah, saya membaca buku “Burung-Burung Indah di Kawasan Wallacea” yang ditulis oleh Brian J.Coates, dan K. David Bishop. Hasilnya  adalah jenis Burung Elang alap kelabu atau Varied Goshawk, yang memiliki 8 subspesies yang tersebar di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara. Yaitu subspecies 1. (mortyi) Morotai, 2. (griseogularis) Halmahera, Ternate, Tidore, Bacan. 3. (obiensis) Obi. 4. (Pallidiceps) Buru. 5. (hiogaster) Kelang, Seram, Ambon, Saparua. 6. (albiventris) Kep. Tayandu, Kep. Kai (Kai kecil, Kai Besar, Sawu, Maas). 7. (polionotus) Banda, Babar, Damar, Kep. Tanimbar (Yamdena, Larat). 8. (Sylvestris) Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Besar, Pantar, Alor.

Masyarakat desa Gandasuli menamainya Burung Kacubi karena ukurannya yang lebih kecil dari spesies Elang pada umumnya. Elang alap kelabu dengan nama latin Varied Goshawk, merupakan spesies dari keluarga Elang alap berukuran 30-55 cm dengan ciri-ciri kepala berwarna putih keabu-abuan, dari dada hingga perut ke bawah berwarna merah-karat,  sayap hingga ekor berwarna abu-abu kehitaman, dan kaki berwarna kuning. Juga merupakan salah satu burung karnivora atau pemakan daging seperti serangga, tikus, ular dan anak ayam, yang memiliki habitat di hutan sekunder, hutan primer, perkebunan warga dengan ketinggian 10-400 MDPL.


Kurangnya sosialisasi serta informasi dari lembaga dan juga dinas terkait, tentang mutualisme keberadaan satwa secara ekologi, sehingga pemahaman yang tumbuh di masyarakat tentang keberadaan satwa hanyalah sebagai hama atau juga predator yang berdampak negatif terhadap peliharaan ayam dan bebek masyarakat.

Sehingga keberadaan burung Elang alap kelabu menjadi ancaman bagi ayam peliharaan. Perburuan pun dilakukan sehingga menyebabkan keberadaan burung Elang alap kelabu di alam liar mengalami penurunan, sebagaimana juga dikutip dari IUCN status konservasi burung Elang alap kelabu mengalami resiko rendah terhadap kepunahan atau menurun.

“burung Kacubi dengan burung Elang (Elang bondol) itu suka sekali makan saya punya anak Ayam, itu bisa-bisa dalam satu hari dia makan 2-3 ekor anak Ayam. Pernah satu kali saya sudah saking emosi saya  pinjam senapan angin di teman untuk tembak itu burung, kalo mau dihitung-hitung itu kemungkinan sudah 7 ekor saya tembak mati, dua burung Elang (Elang bondol) dengan lima lagi burung Kacubi” tutur bapak Talib.

Namun jika dilihat secara ekologisnya, dua hingga tiga ekor anak ayam sangatlah tidak sebanding dengan berapa ribu serangga yang telah dibasmi oleh burung Elang alap kelabu. Sehingga keberadaan burung Elang alap kelabu dan jenis burung pemakan serangga lainya sangatlah penting untuk mengurangi penyebaran serangga yang menjadi hama bagi tanaman para petani.

Status hutan gunung Sibela sebagai cagar alam dimungkinkan sebagai rumah bagi kelestarian biotis. Kelestarian ekologis adalah menjadi tangung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat setempat yang mendiami kaki gunung Sibela, dalam upaya memitigasi kerusakan sistem ekologi di Kabupaten Halmahera selatan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADRAT

KIE BESI DAN PERSEBARAN ORANG MAKEANG

CINTA DAN BADAI JAMAN