Cerita Gunung Botol


Oleh : Isdan Lasine
(Anggota Kompas Gandasuli)

  

 

Keril sudah dipunggung dengan doa sebagai pengiring keselamatan perjalanan pagi. Gandasuli 29/07/2019, perjalanan dimulai dari Jendela Baca Sibela. Kami berjumlah 5 orang menyusuri perkebunan warga desa, menyeberangi sungai berbatu dan di perbukitan, kami disuguhkan dengan pemandangan rempah-rempah cengke, pala,dan kakao milik warga desa. Di sisi barat terdapat gugusan pulau-pulau yang dipisahkan terapung di atas laut. Keindahan kepulauan yang sangat memikat hati, dan keindahan serta potensi dari latar historis sungguh memikat hati penjelajah eropa.
Di perkebunan warga yang berbatasan dengan kawasan Cargar Alam (CA) Sibela, sejenak kami melepas lelah. Lalu melanjutkan penjelajahan dan di Cagar Alam berjejeran pepohonan besar menjulang tinggi seperti pohon kenari, gosale, samama, matoa, buarau dll yang merupakan habitat petani hutan (burung).
Matahari mulai menyingsing waktu menunjukan pukul 18:00 WIT, akhirnya kami sampai diareal yang menjadi tujuan penjelajahan kami yakni Gunung Botol. Medannya kelihatan ekstrim: melewati perbukitan, menyisir lereng-lereng gunung dan anggota tubuh terasa rapuh dalam diam. Tiba di suatu lokasi dan rintihan semesta menitikkan gerimisnya, kami pun membangun tenda sebagai tempat berlindung. Karena malam semakin mendekati dan beberapa teman mengumpulkan kayu kering lalu membuat api. 
Gunung botol adalah penamaan dari warga setempat. Gunung ini diberi nama gunung botol karena terdapat peninggalan ratusan bekas botol, pecahan mangkok dan sebuah fondasi rumah kolonial Belanda. Menurut cerita, Gunung Botol merupakan tempat tinggal penguasa Belanda disaat mengeksplorasi hutan ini sebagai lokasi perkebunan kopi dan pala, tutur bapak Lajuma.
Cerita lainnya tentang gunung botol merupakan tempat pelarian Belanda di akhir penguasaannya di Indonesia. Tempat tinggal awal Belanda sebelum melarikan diri ialah rumah putih, sekarang masuk di desa Tuwokona. Ketika Jepang menguasai Indonesia dan kekuasaan Belanda mulai berada diujung tanduk akhir mereka melarikan diri kegunung botol, Tutur bapak Sabtu. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kawasan ini awal mulanya di eksplorasi oleh bangsa Portugis.
 Botol-botol tersebut di kumpul dan disimpan oleh warga sebagai barang antik. Gunung botol adalah sebuah wisata sejarah yang tak diketahui oleh masyarakat umum. Di kawasan Cagar Alam Sibela ini terdapat peninggalan kebun kopi dan pala yang bahkan cukup potensial sebagai wisata sejarah. Kopi peninggalan ini sebagian diproduksi oleh warga dan bukan dikomersialkan, hanya di konsumsi. Yang di produksi oleh warga ini karena bijinya disebarkan oleh burung dan tumbuh di lahan-lahan warga. Dan, cerita mengenai perkebunan pala dan kopi akan dipublish  pada edisi tulisan selanjutnya.
Menikmati kopi panas di sepinya malam sambil dihibur oleh nyanyian satwa malam membuat hati serasa teramat merdu. Malam makin larut dan hawa dingin mulai menghantam memasuki pori-pori akhirnya kami memasuki tenda masing-masing. Hingga menjelang mentari pagi, kami pun dibangunkan oleh nyanyian burung-burung yang seolah lagi berpestapora. Setelah menghangatkan anggota tubuh dengan kopi panas kami melakukan pengamatan burung dan botol-botol peninggalan Belanda.  Menggunakan binokuler kami mengidentifikasi burung satu persatu: jenisnya, pohon, pakan, tempat berkembang biak dan bermain (habitat).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADRAT

KIE BESI DAN PERSEBARAN ORANG MAKEANG

CINTA DAN BADAI JAMAN